Jurnal Akhir II
Akhir - akhir ini aku dapat mewujudkan beberapa mimpi dan angan yang sedari dulu hanya menumpuk di pelipih pikiran tanpa pernah terpikirkan akan terwujud satu persatu, masuk di Universitas pilihan sejak lama, memiliki bisnis sekala kecil yang aku bangun dengan sahabat terdekat, kerja di salah satu perusahaan yang aku idamkan, bersama bergandengan dengan pria yang selalu menjadi pujaan hati dan pikiran miliku sejak 2015.
Yang paling terakhir tentu hadiah terindah pada pertengahan 2021 yang aku dapatkan, fajar dimas ardianto namanya, aku biasa memanggilnya malam. Bukan tanpa sebab tetapi bukan juga banyak sebab, pria dengan tatap mata yang selalu tajam dan selalu menunjukan lesung pipi miliknya, sungguh semua yang dimas lakukan sejak awal akan selalu mengalihkan duniaku. Seperti roda yang berputar pada porosnya, demikianpun hati dan fikiranku ketika berada di dekatnya pasti akan selalu teralihkan tanpa sebab yang pasti. Kadang hanya memandang dia berbincang dengan segala kelakarnya saja sudah cukup untuk meluluhlantakan semua paksa yang ada di dalam fikiranku.
Namun tentu perjalanannya tidak semudah yang selalu aku fikirkan, banyak berliku sudah barang tentu, bahkan cabang yang menjebak hingga aku hampir jatuh kemudian berhenti untuk menyerah. Tapi tenang, kata pak raharjo bukan kani namanya jika menjadi manusia yang mudah menyerah. Seperti perjalanan terakhir dari sebuah jurnal yang sedang aku kerjakan, diagnosa kanker yang aku dapatkan sekarang pun tentu tak akan melemahkan mental yang telah aku bangun sejak lama, meskipun salah satu dokter pernah berucap bahwa umurku hanya akan bertahan beberapa tahun saja. Ya ini bentuk perlawanan dariku, aku renjana kiani raharjo dalam sebuah jurnal akhir tentu tak akan menyerah.
kani.
Komentar
Posting Komentar